Kamis, 22 Agustus 2013

kisah bijak penuh makna

Kisah Seekor Katak

Ini adalah kisah dari negeri dongeng.. kisah ini menceritakan tentang kisah seekor katak yang tuli… ia tinggal di sebuah kerajaan yaitu kerajaan katak..
Kerajaan katak terletak di dekat danau di negeri dongeng…
Kerajaan katak dipimpin oleh seorang raja yang bijak, dan sayang dengan rakyat-rakyatnya… Raja katak memiliki dua orang anak yang kelak akan mewarisi tahta kerajaannya…
Yang satu bernama Irvan, irvan adalah katak yang kuat, bertubuh besar dan kekar, ia salah satu panglima perang kerajaan, namun memiliki sifat yang angkuh, sombong, dan suka menjelek-jelekkan katak yang lain… Termasuk adiknya yang bernama Budi,
Budi adalah katak yang bertubuh sedang, merupakan penasehat kerajaan yang dekat dengan ayahnya.. namun ia sering dijadikan bahan olok-olokan Irvan dan teman-temannya karena ia memiliki kekurangan, budi adalah katak yang tuli…
Walaupun sering di olok-olok kakaknya dan teman-teman kakaknya.. budi terus berjalan tanpa mempedulikan ejekan tersebut… ejekan tersebut ia jadikan motivasi untuk maju hingga ia bisa dipercaya oleh ayahnya menjadi penasehat kerajaan..
Pada suatu hari Raja Katak ingin menyerahkan tahta kerajaan pada salah satu anaknya.. yaitu Budi dan Irvan.. namun Raja yang bijak tidak begitu saja menyerahkan kerajaannya.. menurut legenda seorang Raja Katak harus mendaki Tiang Menara Kerajaan yang menjulang hingga ke langit… hanya yang pantas menjadi Raja yang berhasil mencapai puncak menara..
Tibalah pada hari perlombaan.. hari ini adalah penentuan siapa yang akan menjadi Raja.. apakah Irvan atau Budi…
Irvan yang terkenal sombong dan angkuh sangat percaya diri untuk mendaki menara kerajaan ini.. dia juga tidak henti-hentinya mengolok-olok saudaranya yang kini menjadi lawan bertandingnya untuk merebutkan posisi Raja..
Budi setelah berdoa ia bersiap-siap untuk berlomba… ia mencoba menghilangkan semua pikiran negatif pada dirinya dan mengantinya dengan pikiran positif.. ejekan kakaknya dianggapnya sebuah ucapan semangat..
Raja mengibarkan bendera tanda lomba di mulai..
Irvan yang kuat dengan segera menaiki menara kerajaan tersebut.. ia berada lima langkah di atas Budi… Budi yang memulai start dengan kurang baik langsung melaju menyusul kakaknya..
Sesampainya ditengah tiang tiba-tiba keluar cairan licin dari menara yang menggangu laju Irvan dan Budi menaiki menara.. Budi dengan sigap menghindar dari cairan yang licin tersebut dan berhasil terus mendaki… sementara Irvan terjatuh akibat licinnya menara tersebut..
Irvan yang jatuh ke bawah.. merasa sangat kesal dan mengumpat dan menjelek-jelekan Budi yang masih berada diatas menara…
Rakyat kerajaan memberikan semangat kepada Budi yang ada diatas.. untuk terus melaju ke atas menara.. namun Irvan dan teman-temannya.. malah mencemooh dan mengolok-olok Budi..
Budi yang masih berada diatas menara terus melaju.. perjalanannya masih panjang untuk sampai dipuncak menara…
Budi begitu lelah.. ia kemudian menengok sedikit kearah bawah.. terlihat Rakyat Kerajaan katak memberikan semangat kepadanya.. ia juga melihat kakaknya berjingkrak-jingkrak memberikan semangat kepadanya.. karena ia tuli ia tidak mendengar apa yang kakaknya katakan.. padahal kakaknya masih semangat untuk mengolok-olok budi..
Namun karena Budi Tuli ia menganggap itu adalah ungkapan semangat dari kakaknya.. ia tidak pernah melihat kakaknya berjingkrak-jingkrak seperti itu sama seperti Rakyat Kerajaan Katak yang lain..
Dengan berbekal semangat dari Rakyat Kerajaan dan Kakaknya.. Budi terus melaju ke atas menara…
Cairan licin diatas menara semakin banyak keluar dan mempersulit langkah Budi.. namun Budi berhasil bertahan.. dan akhirnya Budi berhasil mencapai Puncak Menara Kerajaan Katak..
Semua Rakyat bersorak gembira.. sementara Irvan terus menggerutu.. kemudian Budi yang telah turun dari menara.. langsung menghampiri Irvan..
Ia langsung memeluk kakaknya karena atas “semangat” yang diberikan kakaknya ia berhasil sampai ke atas menara..
“Kakak terima kasih atas semangatnya” (kata Budi sambil memeluk Kakaknya)
Irvan yang kaget ketika Budi memeluknya sambil menangis langsung terenyuh.. ia tidak menyangka adiknya Budi menganggap cemoohan dan olok-oloknya adalah sebuah ungkapan semangat.
Irvan menjadi sedih dan malu kepada Budi ditengah kekurangannya ia mampu merubah keterbatasannya menjadi kekuatan baginya..
Dengan besar hati Irvan yang terkenal kuat dan sombong meminta maaf untuk pertama kalinya kepada Budi.. dan merelakan Raja Katak menyerahkan tahta kerajaannnya kepada Budi..
Raja katak yang melihat Kakak dan Adik ini kemabali rukun.. menjadi terharu dan bangga atas kebesaran hati yang ditunjukan Irvan dan pantang menyerah yang diperlihatkan Budi..
semenjak lomba itu Irvan tak pernah lagi menjelek-jelekkan katak yang lain.. ia menyadari bahwa setiap makhluk memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri yang tidak dimiliki makhluk yang lain…
Akhirnya Budi menjadi Raja dan memimpin kerajaan Katak dengan Kakaknya Irvan sebagai panglima perang kerajaan.. Rakyat kerajaan katak kembali hidup damai dan tenang karena dipimpin oleh Raja yang bijak dan dijaga oleh panglima yang Kuat..
Tolong “share” ke teman-teman yang lain agar mereka juga dapat memetik hikmah yang ada pada kisah di atas. Semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan kita, terimakasih.

sumber : kompasiana.com





Kisah Cinta Seekor Kadal

Ketika sedang merenovasi sebuah rumah ,seseorang mencoba merontokkan tembok, Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong diantara tembok yang terbuat dari kayu. Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor kadal terperangkap diantara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah paku.
Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek paku itu, ternyata paku tersebut telah ada di situ 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.
Apa yang terjadi? Bagaim anak kadal itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun??? ,dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal.
Orang itu lalu berpikir, bagaimana kadal itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu!
Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan kadal itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan.
Kemudian, tidak tahu darimana datangnya, seekor kadal lain muncul dengan makanan di mulutnya……..
Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor kadal lain yang selalu memperhatikan kadal yang terperangkap itu selama 10 tahun. Sungguh ini sebuah cinta…cinta yang indah . Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua
ekor kadal itu. Apa yang dapat dilakukan oleh cinta? Tentu saja sebuah keajaiban.
Bayangkan, kadal itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. Bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu mengagum kan.
Tolong “share” ke teman-teman yang lain agar mereka juga dapat memetik hikmah yang ada pada kisah di atas. Semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan kita, terimakasih.

bilogizma.blogspot.com



 

Jadilah Pelita 

jadilah pelitaPada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita.
Orang buta itu terbahak berkata: “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok.”
Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.”
Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta.
Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!”
Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta.
Kali ini si buta bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!”
Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!”
Si buta tertegun..
Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.”
Si buta tersipu menjawab, “Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.”
Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita.
Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah pelita saya padam?”
Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama.”
Senyap sejenak.
secara berbarengan mereka bertanya, “Apakah Anda orang buta?”
Secara serempak pun mereka menjawab, “Iya.,” sembari meledak dalam tawa.
Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta.
Timbul pikiran dalam benak orang ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”
Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).
Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.
Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk “membuta” walaupun mereka bisa melihat.
Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.
Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.
Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.
Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.
Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.
Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Fikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.

sumber : emotivasi.com

Elang dan Kalkun

Elang dan Kalkun
Konon di satu saat yang telah lama berlalu, Elang dan Kalkun adalah burung yang menjadi teman yang baik. Dimanapun mereka berada, kedua teman selalu pergi bersama-sama. Tidak aneh bagi manusia untuk melihat Elang dan Kalkun terbang bersebelahan melintasi udara bebas.
Satu hari ketika mereka terbang, Kalkun berbicara pada Elang, “Mari kita turun dan mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Perut saya sudah keroncongan nih!”. Elang membalas, “Kedengarannya ide yang bagus”.
Jadi kedua burung melayang turun ke bumi, melihat beberapa binatang lain sedang makan dan memutuskan bergabung dengan mereka. Mereka mendarat dekat dengan seekor Sapi. Sapi ini tengah sibuk makan jagung,namun sewaktu memperhatikan bahwa ada Elang dan Kalkun sedang berdiri dekat dengannya, Sapi berkata, “Selamat datang, silakan cicipi jagung manis ini”.
Ajakan ini membuat kedua burung ini terkejut. Mereka tidak biasa jika ada binatang lain berbagi soal makanan mereka dengan mudahnya. Elang bertanya, “Mengapa kamu bersedia membagikan jagung milikmu bagi kami?”. Sapi menjawab, “Oh, kami punya banyak makanan disini. Tuan Petani memberikan bagi kami apapun yang kami inginkan”. Dengan undangan itu, Elang dan Kalkun menjadi terkejut dan menelan ludah. Sebelum selesai, Kalkun menanyakan lebih jauh tentang Tuan Petani.
Sapi menjawab, “Yah, dia menumbuhkan sendiri semua makanan kami. Kami sama sekali tidak perlu bekerja untuk makanan”. Kalkun tambah bingung, “Maksud kamu, Tuan Petani itu memberikan padamu semua yang ingin kamu makan?”. Sapi menjawab, “Tepat sekali!. Tidak hanya itu, dia juga memberikan pada kami tempat untuk tinggal.” Elang dan Kalkun menjadi syok berat!. Mereka belum pernah mendengar hal seperti ini. Mereka selalu harus mencari makanan dan bekerja untuk mencari naungan.
Ketika datang waktunya untuk meninggalkan tempat itu, Kalkun dan Elang mulai berdiskusi lagi tentang situasi ini. Kalkun berkata pada Elang, “Mungkin kita harus tinggal di sini. Kita bisa mendapatkan semua makanan yang kita inginkan tanpa perlu bekerja. Dan gudang yang disana cocok dijadikan sarang seperti yang telah pernah bangun. Disamping itu saya telah lelah bila harus selalu bekerja untuk dapat hidup.”
Elang juga goyah dengan pengalaman ini, “Saya tidak tahu tentang semua ini. Kedengarannya terlalu baik untuk diterima. Saya menemukan semua ini sulit untuk dipercaya bahwa ada pihak yang mendapat sesuatu tanpa mbalan. Disamping itu saya lebih suka terbang tinggi dan bebas mengarungi langit luas. Dan bekerja untuk menyediakan makanan dan tempat bernaung tidaklah terlalu buruk. Pada kenyataannya, saya menemukan hal itu sebagai tantangan menarik”.
Akhirnya, Kalkun memikirkan semuanya dan memutuskan untuk menetap dimana ada makanan gratis dan juga naungan. Namun Elang memutuskan bahwa ia amat mencintai kemerdekaannya dibanding menyerahkannya begitu saja. Ia menikmati tantangan rutin yang membuatnya hidup. Jadi setelah mengucapkan selamat berpisah untuk teman lamanya Si Kalkun, Elang menetapkan penerbangan untuk petualangan baru yang ia tidak ketahui bagaimana ke depannya.
Semuanya berjalan baik bagi Si Kalkun. Dia makan semua yang ia inginkan. Dia tidak pernah bekerja. Dia bertumbuh menjadi burung gemuk dan malas. Namun suatu hari dia mendengar istri Tuan Petani menyebutkan bahwa Hari raya Thanks giving akan datang beberapa hari lagi dan alangkah indahnya jika ada hidangan Kalkun panggang untuk makan malam. Mendengar hal itu, Si Kalkun memutuskan sudah waktunya untuk pergi dari pertanian itu dan bergabung kembali dengan teman baiknya, si Elang.
Namun ketika dia berusaha untuk terbang, dia menemukan bahwa ia telah tumbuh terlalu gemuk dan malas. Bukannya dapat terbang, dia justru hanya bisa mengepak-ngepakkan sayapnya. Akhirnya di Hari Thanks giving keluarga Tuan Petani duduk bersama menghadapi panggang daging Kalkun besar yang sedap.
Ketika anda menyerah pada tantangan hidup dalam pencarian keamanan, anda mungkin sedang menyerahkan kemerdekaan anda…Dan Anda akan menyesalinya setelah segalanya berlalu dan tidak ada KESEMPATAN lagi…
Seperti pepatah kuno “selalu ada keju gratis dalam perangkap tikus”.

sumber : emotivasi.com


BACA JUGA : 1. ingin jadi jutawan cari tau tentang apa itu BITCOIN

 2.Jangan lupa juga dogcoin pesaing bitcoin







Tidak ada komentar:

Posting Komentar